Sabtu, 04 November 2017

Tugas terstruktur 3

1. Jelaskan mengapa reaksi bersaing antara subtitusi dan eliminasi itu bisa terjadi?
Reaksi kimia adalah suatu proses alam yang selalu menghasilkan antarubahan senyawa kimia. Senyawa ataupun senyawa-senyawa awal yang terlibat dalam reaksi disebut sebagai reaktan. Reaksi kimia biasanya dikarakterisasikan dengan perubahan kimiawi, dan akan menghasilkan satu atau lebihproduk yang biasanya memiliki ciri-ciri yang berbeda dari reaktan. Secara klasik, reaksi kimia melibatkan perubahan yang melibatkan pergerakan elektron dalam pembentukan dan pemutusan ikatan kimia, walaupun pada dasarnya konsep umum reaksi kimia juga dapat diterapkan pada transformasi partikel-partikel elementer seperti pada reaksi nuklir.


Reaksi-reaksi kimia yang berbeda digunakan bersama dalam sintesis kimia untuk menghasilkan produk senyawa yang diinginkan. Dalam biokimia, sederet reaksi kimia yang dikatalisis oleh enzim membentuklintasan metabolisme, di mana sintesis dan dekomposisi yang biasanya tidak mungkin terjadi di dalam sel dilakukan.
Dalam kimia organik, banyak reaksi yang dapat terjadi yang melibatkan ikatan kovalendi antara atom karbon dan heteroatom lainnya seperti oksigen, nitrogen, atau atom-atom halogen lainnya. Beberapa reaksi yang lebih spesifik akan dijelaskan di bawah ini.

SubstitusiSunting

Dalam reaksi substitusi, sebuah gugus fungsidi dalam suatu senyawa kimia digantikan oleh gugus fungsi lainnya. Reaksi ini dapat dibedakan lagi menjadi beberapa subtipe yaitu nukleofilik, substitusi elektrofilik, atausubstitusi radikal.
SN1 mechanism
SN2 mechanism
Pada tipe yang pertama, nukleofil, atom atau molekul yang memiliki kelebihan elektron sehingga bermuatan negatif, akan menggantikan atom lainnya atau bagian lainnya dari molekul "substrat". Pasangan elektron nukleofil akan bersatu dengan substrat membentuk ikatan baru, sedangkangugus lepas akan lepas bersamaan dengan sebuah pasangan elektron. Nukleofil sendiri dapat bermuatan netral atau positif, sedangkan substrat biasanya bermuatan positif atau netral. Contoh nukleofil adalah ionhidroksida, alkoksida, amina, dan halida. Reaksi semacam ini biasanya ditemukan pada hidrokarbon alifatik dan jarang ditemukan pada hidrokarbon aromatik. Hidrokarbon aromatik memiliki rapatan elektron yang tingi dan hanya bisa melangsungkan substitusi aromatik nukleofilik hanya dengan gugus penarik elektron yang sangat kuat. Substitusi nukleofilik dapat berlangsung melalui 2 mekanisme, Reaksi SN1 dan SN2. Menurut namanya, S singkatan dari substitusi, N singkatan dai nukleofilik, dan, dan angka menunjukkan ordo kinetik reaksi, unimolekuler atau bimolekuler.
3 tahap dalamReaksi SN2. Nukleofil berwarna hijau dan gugus lepas berwarna merah
Reaksi SN2 menyebabkan inversi stereo (inversi Walden)
Reaksi SN1 berlangsung dalam 2 tahap. Tahap pertama, gugus lepas akan lepas dan membentuk karbokation. Tahap ini akan diikuti reaksi yang sangat cepat dengan nukleofil.
Dalam mekanisme SN2, nukleofil akan membentuk tahap transisi dengan molekul yang lepas saja yang terlekang. Kedua mekanisme ini berbeda pada hasil stereokimianya. Reaksi SN1 menghasilkan adisi non-stereospesifik dan tidak menghasilkan pusat chiral, melainkan dalam bentuk isomer geometri (cis/trans). Kebalikannya, inversi Warden-lah yang diamati pada mekanisme SN2.
Substitusi elektrofilik merupakan kebalikan dari substitusi nukleofilik di mana atom atau molekul yang melepas, atau elektrofilnya, mempunyai kerapatan elektron yang rendah sehingga bermuatan positif. Biasanya elektrofil ini adalah atom karbon dari gugus karbonil, karbokation atau sulfur atau kation nitronium. Reaksi ini berlangsung pada hidrokarbon aromatik saja, sehingga disebutsubstitusi aromatik elektrofilik. Serangan elektrofil akan menciptakan kompleks yang disebut sebagai σ-compleks, sebuah fase transisi di mana sistem aromatiknya hilang. Lalu, gugus lepas (biasanya proton), akan terpisah dan sifat kearomatikannya kembali. Alternatif lain untuk substitusi aromatik adalah substitusi alifatik elektrofilik. Substitusi ini mirip dengan substitusi aromatik elektrofilik dan juga mempunyai 2 tipe utama yaitu SE1 dan SE2.

Mekanisme dari substitusi aromatik elektrofilik

Adisi dan eliminasiSunting

Adisi dan pasangannya eliminasi merupakan reaksi yang mengubah jumlah substituen dalam atom karbon, dan membentuk ikatan kovalen. Ikatan ganda dan tiga dapat dihasilkan dengan mengeliminasi gugus lepas yang cocok. Seperti substitusi nukleofilik, ada beberapa mekanisme reaksi yang mungkin terjadi. Dalam mekanisme E1, gugus lepas terlebih dahulu melepas dan membentuk karbokation. Selanjutnya, pembentukan ikatan ganda terjadi melalui eliminasi proton (deprotonasi). Dalam mekanisme E1cb, urutan pelepasan terbalik: proton dieliminasi terlebih dahulu. Dalam mekanisme ini keterlibatan suatu basa harus ada. Reaksi dalam eliminasi E1 maupun E1cb selalu bersaing dengan substitusi SN1 karena memiliki kondisi reaksi kondisi yang sama.
Eliminasi E1
Eliminasi E1
Eliminasi E1

eliminasi E1cb

Eliminasi E2
Mekanisme E2 juga memerlukan basa. Akan tetapi, pergantian posisi basa dan eliminasi gugus lepas berlangsung secara serentak dan tidak menghasilkan zat antara ionik. Berbeda dengan eliminasi E1, konfigurasi stereokimia yang berbeda dapat dihasilkan dalam reaksi yang memiliki mekanisme E2 karena basa akan lebih memfavoritkan eleminasi proton yang berada pada posisi-anti terhadap gugus lepas. Oleh karena kondisi dan reagen reaksi yang mirip, eliminasi E2 selalu bersaing dengan substitusi SN2.

Adisi elektrofilik hidrogen bromida
Kebalikan dari reaksi eliminasi adalah reaksi adisi. Pada reaksi adisi, ikatan rangkap dua atau rangkap tiga diubah menjadi ikatan rangkap tunggal. Mirip dengan reaksi substitusi, ada beberapa tipe dari adisi yang dibedakan dari partikel yang mengadisi. Contohnya, pada adisi elektrofilik hidrogen bromida, sebuah elektrofil (proton) akan mengganti ikatan rangkap ganda dan membentuk karbokation, lalu kemudian bereaksi dengan nukleofil (bromin). Karbokation dapat terbentuk di salah satu ikatan rangkap tergantung dari gugus yang melekat di akhir. Konfigurasi yang lebih tepat dapat diprediksikan dengan aturan Markovnikov. Aturan Markovnikov mengatakan: "Pada adisi heterolitik dari sebuuah molekul polar pada alkena atau alkuna, atom yang mempunyai keelektronegatifan yang besar, maka akan terikat pada atom karbon yang mengikat atom hidrogen yang lebih sedikit."

Reaksi kimia organik lainnyaSunting


Penataan ulang dari 3-metil-1,5-heksadiena
Mekanisme dari reaksi Diels-Alder
Orbital overlap in a Diels-Alder reaction
Pada reaksi penataan ulang, kerangka karbon dari sebuah molekul disusun ulang sehingga membentuk isomer struktur dari molekul aslinya. Reaksi ini termasuk dengan reaksi sigmatropik seperti penataan ulang Wagner-Meerwein, di mana gugus hidrogen, alkil, atau aril berpindah-pindah tempat dari suatu atom karbon ke atom karbon lainnya. Kebanyakan reaksi penataan ulang adalah pemutusan dan pembentukan ikatan karbon-karbon baru. Contoh lain dari reaksi ini adalah penataan ulang cope
Eliminasi adalah jalur alternatif ke substitusi. Berlawanan dengan reaksi adisi dan menghasilkan alkena. Eliminasi dapat berkompetisi dengan substitusi dan menurunkan jumlah produk, khususnya untuk SN1.
Jika alkil halida mempunyai atom hidrogennya pada atom karbon yang bersebelahan dengan karbon pembawa halogen akan bereaksi dengan nukleofil, maka terdapat dua kemungkinan reaksi yang bersaing, yaitu substitusi dan eliminasi.
Halogen X dan hidrogen dari atom karbon yang bersebelahan dieliminasi dan ikatan baru (ikatan ) terbentuk di antara karbon-karbon yang pada mulanya membawa X dan H. Proses eliminasi adalah cara umum yang digunakan dalam pembuatan senyawa-senyawa yang mengandung ikatan rangkap.
Seringkali reaksi substitusi dan eliminasi terjadi secara bersamaan pada pasangan pereaksi nukleofil dan substrat yang sama. Reaksi mana yang dominan, bergantung pada kekuatan nukleofil, struktur substrat, dan kondisi reaksi. Seperti halnya dengan reaksi substitusi, reaksi elimanasi juga mempunyai dua mekanisme, yaitu mekanisme E2 dan E1.


Aturan Zaitsev untuk reaksi Eliminasi
Pada eliminasi HX dari alkil halida, produk alkena yang lebih tersubstitusi adalah produk yang dominan.


Mekanisme E2
Reaksi adalah bimolekul, V tergantung pada konsentrasi RX dan B
V = k[RX][B]
\ Tahap penentu laju reaksi melibatkan konsentrasi B
reactivity:         RI > RBr > RCl > RF
\ Tahap penentu laju reaksi melibatkan pemutusan ikatan R—X
(Reaksi tidak tergantung pada jenis RX apakah 1º, 2º, atau 3º)

Reaksi E2 adalah proses satu tahap. Nukleofil bertindak sebagai basa dan mengambil proton (hidrogen) dari atom karbon yang bersebelahan dengan karbon pembawa gugus pergi. Pada waktu yang bersamaan, gugus pergi terlepas dan ikatan rangkap dua terbentuk.
Konfigurasi yang terbaik untuk reaksi E2 adalah konfigurasi dimana hidrogen yang akan tereliminasi dalam posisi anti dengan gugus pergi. Alasannya ialah bahwa pada posisi tersebut orbital ikatan C-H dan C-X tersusun sempurna yang memudahkan pertumpang tindihan orbital dalam pembentukan ikatan  baru.

Mekanisme E1
Mekanisme E1 mempunyai tahap awal yang sama dengan mekanisme SN1. Tahap lambat atau penentuan ialah tahap ionisasi dari substrat yang menghasilkan ion karbonium.
 
Kemudian, ada dua kemungkinan reaksi untuk ion karbonium. Ion bisa bergabung dengan nukleofil (proses SN1) atau atom karbon bersebelahan dengan ion karbonium melepaskan protonnya, sebagaimana ditunjukkan dengan panah lengkung, dan memebentuk alkena (proses E1).
 

Perbandingan E1 dan E2
·          Basa kuat dibutuhkan untuk E2 tapi tidak untuk E1
·          E2 stereospesifik, E1 tidak
·          E1 menghasilkan orientasi Zaitse


PERSAINGAN SUBSTITUSI DAN ELIMINASI
Ditinjau reaksi antara alkil halida dengan kalium hidroksida yang dilarutkan
dalam metil alkohol. Nukleofilnya adalah ion hidroksida, OH-, yaitu nukleofil kuat
dan sekaligus adalah basa kuat. Pelarut alkohol kurang polar jika dibandingkan  dengan air. Keadaan-keadaan ini menguntungkan proses-proses SN2 dan E2 jika
dibandingkan dengan SN1 dan E1.
            Misalnya, gugus alkil pada alkil halida adalah primer, yaitu 1-bromobutana.
Kedua proses dapat terjadi.
Hasilnya adalah campuran 1-butanol dan 1-butena. Reaksi SN2 cenderung terjadi jika digunakan pelarut yang lebih polar (air), konsentrasi basa yang sedang, dan suhu sedang. Reaksi E2, cenderung terjadi jika digunakan pelarut yang kurang polar, konsentrasi basa yang tinggi, dan suhu tinggi.
Seandainya kita mengganti alkil halida primer menjadi tersier, reaksi substitusi akan terhambat (ingat, urutan reaktivitas untuk reaktivitas SN2 adalah 1o >2o >> 3o). Tetapi, reaksi eliminasi akan cenderung terjadi karena hasilnya adalah alkena yang lebih tersubtitusi. Pada kenyataannya, dengan t-butil bromida, hanya proses E2 yang terjadi.


Jadi, bagaimana kita mengubah butil bromida tersier menjadi alkoholnya? Kita tidak menggunakan ion hidroksida, melainkan air. Air merupakan basa yang lebih lemah daripada ion hidroksida, sehingga reaksi E2 ditekan. Air juga merupakan pelarut polar, yang menguntungkan mekanisme ionisasi. Dalam hal ini, E1 tidak dapat dihindari sebab persaingan antara E1 dan SN1 cukup berat. Hasil utama adalah hasil subtitusi (80%), tetapi eliminasi masih terjadi (20%).

 Ringkasannya, halida tersier bereaksi dengan basa kuat dalam pelarut nonpolar memberikan eliminasi (E2), bukan subtitusi. Dengan basa lemah dan nukleofil lemah, dan dalam pelarut polar, halida tersier memberikan hasil utama subtitusi (SN1), tetapi sedikit eliminasi (E1) juga terjadi. Halida primer bereaksi hanya melalui mekanisme-mekanisme SN2 dan E2, karena mereka tidak terionisasi menjadi ion karbonium. Halida sekunder menempati kedudukan pertengahan, dan mekanisme yang terjadi sangat dipengaruhi oleh keadaan reaksi.




2. Suatu alkohol dapat diubah menjadi eter atau sebaliknya.  Jelaskan mengapa sifat kedua senyawa tersebut berbeda kontras dan berikan contoh-contoh nya??                                                                              
Alkohol merupakan salah satu senyawa turunan alkana yang paling sederhana dengan gugus fungsi –OH dan rumus umum CnH2n+2O.  
English: benzyl alcohol Polski: alkohol benzylowy
English: benzyl alcohol Polski: alkohol benzylowy (Photo credit: Wikipedia)
 Penamaan alkohol secara IUPAC (International Union of Pure and Applied Chemistry) umumnya dilakukan dengan mengubah akhiran –a dari alkana menjadi –ol, contohnya CH4 (metana) jika merupakan alkohol maka menjadi CH3OH (metanol). Sedangkan penamaan sederhananya yaitu alkil alkohol, dengan gugus R- sebagai alkil dan –OH sebagai alkohol. Salah satu contohnya adalah CH3OH disebut juga metil (CH3-) alkohol (-OH).
Adapun rumusan penentuan tata nama untuk alkanol didasarkan pada beberapa hal di bawah ini:
1. Untuk rantai C yang tidak bercabang, nama alkohol diturunkan langsung dari nama alkana yang sesuai, dengan akhiran –a diganti –ol seperti contoh di atas.
2. Untuk rantai C yang bercabang, maka:
-. Rantai terpanjang yang mengandung gugus –OH dan memiliki cabang terbanyak dianggap sebagai rantai utama.
-. Rantai utama diberi nomor yang dimulai dari salah satu ujung sehingga gugus fungsi mendapat nomor terkecil. Jika posisi gugus fungsi sama dari kedua ujung, maka penomoran dimulai dari salah satu ujung rantai utama sehingga cabang-cabang alkil akan memiliki nomor terkecil.
Rumus penentuan tata nama alkohol dengan rantai C yang bercabang secara umum adalah: (no.cabang)-(nama cabang)-(no.gugus fungsi)-(nama rantai induk)
Contohnya adalah:
CHOH-CH2-CH2-CH3: 1-butanol
CH3-CHOH-CH2-CH3: 2-butanol
CHOH-CH-CH3-CH3: 2-metil-1-propanol
Uniknya, istilah alkohol lebih umum dipakai untuk menyebut etanol/etil alkohol (C2H5OH) daripada jenis-jenis alkohol lainnya (metanol, propanol, butanol, dsb). Mengapa begitu? Hal ini disebabkan karena etanol merupakan jenis alkohol yang paling sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik sebagai bahan minuman beralkohol maupun produk-produk sampingan yang dihasilkan oleh mikroorganisme melalui proses yang disebut fermentasi.
Alkohol memiliki beberapa sifat khas, yaitu:
1. Sifat Fisis
  • Umumnya membentuk ikatan hidrogen dari gugus hidroksilnya (-OH)
  • Secara umum, khususnya alkohol dengan rantai pendek (metanol dan etanol) memiliki sifat polar yang disebabkan oleh gugus hidroksil (-OH) sehingga dapat larut dalam air dan pelarut-pelarut organik
  • Memiliki titik didih yang relatif tinggi dibandingkan dengan beberapa senyawa hidrokarbon karena adanya ikatan hidrogen, yaitu 78oC. Sebagai perbandingan, titik didih heksana adalah 69oC dan titik didih dietil eter adalah 34,6oC
2. Sifat Kimia
  • Gugus hidroksil pada alkohol merupakan gugus yang cukup reaktif. Hal ini menyebabkan alkohol mudah bereaksi dengan senyawa-senyawa lain
Reaksi-reaksi alkohol:
1. Deprotonasi
Melalui proses deprotonasi, alkohol dapat berperan sebagai asam lemah yang dapat menghasilkan garam alkoksida dari reaksi dengan basa kuat seperti natrium hidrida atau senyawa logam aktif seperti natrium. Reaksinya dapat ditulis sebagai berikut:
2 R-OH + 2 NaH→ 2 R-ONa+ + 2H2
2 R-OH + 2 Na→ 2 R-ONa+ + H2
2. Substitusi Nukleofilik
Secara umum gugus hidroksil pada alkohol bukan termasuk gugus pergi (leaving group). Agar reaksi substitusi nukleofilik dapat terjadi, alkohol memerlukan bantuan dari oksigen yang diprotonasi.
3. Dehidrasi
Alkohol yang dipanaskan dengan katalis asam sulfat pekat akan melepaskan molekul air (mengalami dehidrasi) membentuk eter dan alkena. Adapun yang membedakan produk yang dihasilkan adalah suhu pemanasan, dimana pemanasan pada suhu sekitar 130oC akan menghasilkan eter sedangkan pemanasan pada suhu sekitar 180oC akan menghasilkan alkena.
Reaksi dehidrasi alkohol menjadi eter dapat dituliskan sebagai:
2C2H5OH → C4H10O + H2O (2 etanol → dietil eter + air)
Reaksi dehidrasi alkohol menjadi alkena dapat dituliskan sebagai:
C2H5OH → C2H4 + H2O (etanol à etena + air)
4. Esterifikasi
Reaksi ini disebut esterifikasi karena menghasilkan produk berupa ester, dimana agar alkohol dapat menghasilkan ester, diperlukan asam karboksilat. Reaksi ini juga disebut sebagai esterifikasi Fischer. Selain asam karboksilat, reaksi ini juga memerlukan katalis berupa asam sulfat pekat melalui proses yang disebut refluks. Umumnya reaksi esterifikasi dilakukan dengan bantuan alat yang disebut Aparatus Dean-Stark. Reaksi esterifikasi dapat dituliskan sebagai:
R-OH + R’-COOH → R’-COOR + H2O
5. Oksidasi
Alkohol sederhana dapat terbakar membentuk gas karbon dioksida dan uap air. Salah satu contoh alkohol sebagai bahan bakar adalah etanol yang dikenal dengan nama spiritus. Adapun reaksinya adalah:
C2H5OH(l) + 3O2(g) → 2CO2(g) + 3H2O(g) + kalor
Alkohol dapat teroksidasi menjadi beberapa senyawa, yaitu:
  • Alkohol primer dapat membentuk aldehida dan dapat teroksidasi lebih lanjut menjadi asam karboksilat
  • Alkohol sekunder dapat membentuk keton
  • Alkohol tersier tidak dapat teroksidasi karena tidak adanya atom karbon karbinol, yaitu atom karbon yang mengikat gugus –OH
Contoh penggunaan alkohol dalam kehidupan sehari-hari:
  • Metanol sebagai pelarut kimia, campuran untuk bahan bakar mesin, dan bahan pembuatan formalin/formaldehida (HCHO) untuk pengawet mayat dan bahan baku pembuatan polimer plastik, dll.
  • Etanol untuk antiseptik (alkohol 70%), campuran untuk minuman beralkohol, bahan bakar (spiritus), pelarut kimia, campuran untuk bahan bakar, dll.

PENGGUNAAN ALKOHOL
  • Etanol didapatkan pada minuman keras, dalam jumlah kecil menyebabkan pembuluh darah, dan tekanan darah menurun. Dalam jumlah besar menyebabkan keracunan, merusak hati dan menyebabkan kematian
  • Etanol digunakan sebagai pelarut yang baik
  • Gasohol adalah campuran etanol dengan gasoline dipakai untuk bahan bakar
  • Spirtus adalah campuran methanol + etanol + zat warna metilen blue
  • Etanol 70% dipakai untuk desinfektan
  • Methanol dikenal sebagai alkohol kayu, merupakan racun dapat mengakibatkan kebutaan, kehilangan control dan mengakibatkan kematian
  • Methanol juga sebagai pelarut dan sebagai bahan dasar pembuatan formaldehid
  • Etanol juga banyak sebagai bahan pembuat plastik, bahan peledak, kosmestik
SIFAT-SIFAT FISIK ALKOHOL

  • Alkohol mempunyai titik didih tinggi dibandingkan alkana-alkana yang jumlah atom C-nya sama
          Hal ini disebabkan antar molekul alkohol membentuk ikatan hidrogen
  • Makin banyak cabang maka titik didihnya akan semakin menurun
  • Dalam air, methanol, etanol dan propanol mudah larut, sedangkan mulai butanol hanya sedikit larut
  • Berupa cairan encer dan mudah bercampur dengan air dalam segala perbandingan
  • Mudah terbakar
  • Bentuk fasa pada suhu ruang :
    – dengan C 1 s/d 4 berupa gas atau cair
    – dengan C 5 s/d 9 berupa cairan kental seperti minyak
    – dengan C 10 atau lebih berupa zat padat
Senyawa Eter
Eter/Alkoksi Alkana Sifat-Sifat Eter
Berbeda dengan senyawa-senyawa alkohol, eter mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
1) Titik didih rendah sehingga mudah menguap
2) Sulit larut dalam air, karena kepolarannya rendah
3) Sebagai pelarut yang baik senyawa-senyawa organik yang tak larut dalam air
4) Mudah terbakar
5) Pada umumnya bersifat racun
6) Bersifat anastetik (membius)
7) Eter sukar bereaksi, kecuali dengan asam halida kuat (HI dan H Br)
Kegunaan Eter
Senyawa-senyawa eter yang umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari antara
lain :
1) Dietil eter (etoksi etana) biasanya digunakan sebagai pelarut senyawa-senyawa organik.
Selain itu dietil eter banyak digunakan sebagai zat arestesi (obat bius) di rumah sakit.
2) MTBE (Metil Tertier Butil Eter),Senyawa eter ini digunakan untuk menaikan angka oktan besin menggantikan kedudukan TEL / TML, sehingga diperoleh bensin yang ramah lingkungan. Sebab tidak menghasilkan debu timbal (Pb2+) seperti bila digunakan TEL / TML





Cara Membedakan Alkohol dengan Eter




Alkohol dan eter dapat dibedakan berdasarkan rekasinya dengan logam natrium dan fosforus pentaklorida. Prosedur kerja:
  1. Siapkan 2 buah tabung reaksi yang bersih dan kering.
  2. Untuk tabung reaksi I. Masukan 0,5 mL larutan yang akan diuji perbedaannya pada masing-masing tabung reaksi.
  3. Tambahkan logam natrium ke dalam tabung 1.
  4. Amati apa yang terjadi!
Jika terbentuk gas hidrogen maka larutan tersebut merupakan alkohol dan sebaliknya apabila tidak terbentuk gas hidrogen maka larutan tersebut adalah eter. Hal ini disebabkan eter tidak bereaksi dengan logam natrium.
  1. Untuk tabung reaksi II. Tambahkan sedikit serbuk PCl5 ke dalam tabung reaksi.
  2. Amati apa yang terjadi!
Jika reaksi yang terjadi disertai pembebasan gas HCl maka larutan terssebut adalah alkohol, sedangkan apabila terjadi reaksi anmun tidak ada pembebasan HCl maka larutan tersebut adalah eter. Jika larutan tersebut adalah alkohol maka HCl yang terbentuk dapat di deteksi menggunakan kertas lakmus biru. Kertas lakmus biru akan berubah menjadi merah ketika didekatkan ke mulut tabung reaksi.
Alkohol dan eter dapat dibedakan berdasarkan rekasinya dengan logam natrium dan fosforus pentaklorida.

  • Alkohol bereaksi dengan logam natrium membebaskan hidrogen, sedangkan eter tidak bereaksi.
  • Alkohol bereaksi dengan PCl5menghasilkan gas HCl, sedangkan eter bereaksi tetapi tidak menghasilkan HCl.